• Persentase cross region: 5%
• Persentase cross cluster (outer cluster): 15%
Angka tersebut dinilai banyak pihak sangat ketat dan berat untuk diterapkan. Akibatnya sudah jelas, supaya raport dealer bagus dan tidak kena SP (Surat Peringatan) dari Telkomsel maka dealer lebih memilih menumpuk alokasi, dari pada membuka suplai untuk server pulsa sebab ada resiko tinggi. Efeknya jelas, banyak server pulsa yang terganggu suplainya.
Mayoritas Server pulsa memiliki kecenderungan cross cluster dan cross region tinggi sebab agennya tersebar di banyak wilayah dan tidak dikelola sesuai keinginan principal (Telkomsel). Sebagian besar begitu, tapi tidak semua server pulsa seperti itu. Ada kok yang bisa mengelola agen dan mengelola suplai sehingga persentase cross clusternya kecil.
Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, saya menebak aturan ini tidak akan bertahan lama. Sampai berapa lama dealer bisa menahan alokasi yang menumpuk? Tidak akan sampai 1 bulan. Tidak percaya? Coba lihat, baru minggu ke-2 sudah ada kelonggaran dan sudah ada yang berani jual lintas lewat H2H. Setidaknya pada minggu ke-4, dealer harus melunasi semua kewajibannya (hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, pajak dan membayar gaji pegawainya). Jika biaya operasional mereka di kisaran Rp. 250 juta per bulan, itu artinya mereka butuh revenue minimal Rp. 10 Miliar hanya untuk menutupi biaya operasionalnya.
Kalaupun harus mengandalkan penjualan dari ROC (Red Outlet Community), kemungkinan besar tidak semua alokasi bisa terserap. Hal itu dipengaruhi dari karakteristik ritel outlet yang kapasitas distribusinya memang tidak besar. Tidak semua outlet sanggup mengelola uang di atas Rp. 50 juta per hari. Cashflow di atas Rp. 50 juta per hari bisa membuat mereka mabuk dan tidak rasional lagi. Itulah sebabnya dealer juga memiliki server supaya alokasi bisa terserap ke pedagang yang non-bankable tersebut. Pertanyaannya, apakah server dealer bisa menyerap alokasi tersebut? Seberapa besar?
Jadi untuk server pulsa sebetulnya cukup “puasa” tidak jualan Telkomsel antara 2 minggu sampai 4 minggu. Nah, berbeda dengan dealer yang kuat puasa 1 bulan lamanya, ternyata sampai hari ini tidak semua server pulsa sanggup berhenti jualan Telkomsel sampai 1 minggu. Baru distop satu minggu saja sudah kelabakan dan bahkan tutup. Apalagi harus puasa sampai 1 bulan lamanya?
Harap maklum, tidak semua pemilik server pulsa adalah pengusaha profesional. Sebagian besar adalah pedagang tradisional yang memiliki usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang penting jualan, tidak peduli mau dijual ke mana walau melanggar aturan. Jadi jangan harap mereka memiliki perencanaan sejauh itu. Ditanya omset per bulan berapa, belum tentu bisa jawab. Apalagi kalau ditanya, berapa lama bisa tahan kalau hari ini tidak dapat suplai?
Jangan bayangkan karakteristik pengusaha yang berpikiran maju dan tahan banting. Berbeda dengan karakteristik UKM yang pada umumnya tahan terhadap krisis, mereka sangat rentan terhadap gejolak apalagi krisis. Daya tahan ekonominya juga lemah, jika terjadi gejolak hari ini, dalam hitungan hari bisa kolaps.
Mereka juga sangat emosional dan tindakannya bisa jadi tidak masuk akal. Mereka akan rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah, bahkan ratusan juta rupiah untuk membakar kartu perdana Telkomsel. Tapi mereka tidak akan rela kalau uang tersebut digunakan untuk mengembangkan bisnisnya menjadi lebih baik. Itulah kenyataannya.
Beruntunglah jika Anda bermitra dengan server pulsa yang dikelola oleh pengusaha profesional. Setidaknya daya tahannya lebih baik dari yang lain. Alhamdulilah sudah banyak server pulsa yang usahanya dikelola dengan profesional.
Jadi dalam pandangan saya, semua pihak baik Telkomsel, Dealer, Outlet dan Server Pulsa memang sama-sama tidak siap secara fisik, mental dan finansial untuk melaksanakan hardcluster sesuai sasaran.
Di sisi lain, sebetulnya Telkomsel memberlakukan aturan seperti ini sejak tahun 2007. Waktu itu Juni 2007, Telkomsel mulai memberlakukan regionalisasi. Kemudian dilanjutkan dengan clusterisasi mulai 2010. Kita bisa lihat bahwa sampai hari ini pekerjaan tersebut tidak kunjung selesai.
Apakah tahun 2013 mendatang Telkomsel masih mengulang pekerjaannya yang belum selesai sampai hari ini dan membiarkan dirinya terus jatuh ke lubang yang sama? Apakah tahun mendatang dealer harus menahan suplai sampai kehabisan cash lagi? Apakah di tahun mendatang server harus kelabakan dan demo ke Telkomsel lagi? Keledai saja tidak jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kali.
”What you get is change for the worse because failure drains the energy from your organization. Repeated failure destroys it.” ~Larry Bossidy & Ram Charan
Semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.
SUMBER : http://voucha.co.id/blog/2012/01/hardcluster-telkomsel-januari-2012/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar